Salah satu tradisi yang masih lestari dalam masyarakat Minangkabau saat Idulfitri adalah tradisi Salimang. Kata salimang berasal dari kata “salam” atau “salaman”, yang berarti berjabat tangan, namun dalam konteks budaya Minang, Salimang memiliki makna yang lebih dalam. Ini bukan sekadar salaman biasa, tetapi ritual simbolik permohonan maaf dan penghormatan kepada orang yang lebih tua, terutama saat Lebaran tiba.
Pada pagi hari setelah salat Idulfitri, anak-anak, remaja, dan orang dewasa yang lebih muda akan mengunjungi rumah orang tua, niniak mamak (paman dari pihak ibu), dan tokoh adat lainnya.
Mereka akan menyalami sambil mencium tangan atau bahkan memeluk sebagai bentuk penghormatan dan tanda meminta maaf atas kesalahan selama setahun. Tindakan ini adalah bagian dari nilai-nilai adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah, yang menjadi fondasi masyarakat Minangkabau.
Tradisi Salimang juga menjadi momen mempererat tali silaturahmi antar keluarga dan komunitas. Setelah saling bermaafan, biasanya dilanjutkan dengan makan bersama dan menikmati sajian khas Lebaran Minang, seperti rendang, ketupat, serta kue sapik dan kembang loyang.
Di tengah perkembangan zaman, tradisi ini tetap dijaga karena mengandung nilai-nilai penting rasa hormat, rendah hati, dan kebersamaan. Salimang bukan hanya ritual, tapi cermin identitas budaya Minangkabau yang patut dilestarikan.
Siapa nih yang masih menjalankan tradisi salimang ketika idul fitri?