Ketika mendengar “masakan Minangkabau” atau “masakan Padang”, hal pertama yang terlintas di benak banyak orang mungkin adalah santan. Memang, santan adalah bahan ikonik yang memberikan kekayaan rasa dan tekstur creamy pada banyak hidangan populer seperti rendang, gulai, dan kalio. Namun, tahukah Anda bahwa khazanah kuliner Minangkabau jauh lebih luas dan memiliki beragam hidangan lezat yang sama sekali tidak menggunakan santan?
Masakan tanpa santan ini seringkali menawarkan cita rasa yang lebih ringan, segar, dan menonjolkan kekayaan rempah serta keasaman alami. Ini adalah sisi lain dari dapur Minang yang patut dieksplorasi.
1. Asam Padeh: Juara Tanpa Santan
Jika ada satu hidangan yang paling merepresentasikan masakan Minang tanpa santan, itu adalah Asam Padeh. Istilah “asam padeh” sendiri berarti “asam pedas”, yang secara sempurna menggambarkan rasanya. Hidangan ini menonjolkan perpaduan rasa asam dari asam kandis atau asam gelugur dan rasa pedas dari cabai merah.
Asam Padeh biasanya dimasak dengan bahan utama ikan (seperti ikan tongkol, kakap, patin), daging, atau bahkan gajebo (lemak punuk sapi) seperti yang sudah kita bahas sebelumnya. Bumbu-bumbu yang digunakan sangat kaya, meliputi bawang merah, bawang putih, jahe, kunyit, lengkuas, serai, daun jeruk, dan daun kunyit. Kuahnya jernih kemerahan, pekat, dan sangat menggugah selera, cocok disantap dengan nasi hangat.
2. Balado: Pedas Merona Tanpa Santan
Balado adalah teknik memasak khas Minang yang sangat populer dan sepenuhnya mengandalkan cabai giling (baik merah maupun hijau) yang ditumis dengan bumbu lain seperti bawang merah, bawang putih, dan tomat. Hasilnya adalah hidangan dengan warna merah atau hijau yang cerah dan rasa pedas yang kuat.
Hampir semua jenis bahan bisa di”balado”, mulai dari terong balado, telur balado, ayam balado, dendeng balado, hingga jengkol balado. Kunci kelezatan balado terletak pada kesegaran cabai dan perpaduan bumbu yang pas, tanpa perlu santan sama sekali.
3. Palai: Kukusan Aroma Laut dan Rempah
Palai adalah hidangan Minang yang dimasak dengan cara dikukus, seringkali dibungkus daun pisang. Umumnya berbahan dasar ikan (seperti ikan selar, ikan kembung, atau teri) yang dicampur dengan parutan kelapa muda dan bumbu halus yang kaya rempah.
Meskipun menggunakan kelapa, palai tidak menggunakan santan cair. Parutan kelapa akan menyatu dengan bumbu dan ikan saat dikukus, menghasilkan cita rasa gurih, pedas, dan aroma yang sangat harum. Teksturnya padat namun lembut, dan sangat nikmat disantap sebagai lauk.
4. Gulai Tanpa Santan (Versi Lebih Tua)
Beberapa varian gulai Minang yang lebih tradisional, terutama di daerah pedalaman atau yang disebut “gulai kunyit” atau “gulai bumbu kuning”, ada yang dimasak tanpa santan. Kuahnya lebih encer dan transparan, dengan warna kuning cerah dari kunyit yang dominan. Rasa gurihnya didapatkan dari penggunaan bumbu rempah yang melimpah dan kaldu dari bahan utama (daging, ikan, atau ayam). Ini adalah versi gulai yang lebih tua dan otentik sebelum santan menjadi sangat populer dalam setiap jenis gulai.
5. Tumisan dan Gorengan Berbumbu
Tidak semua masakan Minang adalah gulai bersantan. Banyak juga hidangan sederhana berupa tumisan atau gorengan yang kaya rasa tanpa sentuhan santan:
- Tumis Daun Singkong: Daun singkong rebus yang ditumis dengan bumbu pedas, teri, atau ikan asin.
- Goreng Ikan Bumbu: Ikan yang digoreng kering dengan bumbu bawang, cabai, dan kunyit.
- Ayam Bumbu Kuning: Ayam yang dimasak dengan bumbu kuning (kunyit, bawang, jahe) tanpa santan, seringkali digoreng kembali hingga garing.
Masakan Minangkabau tanpa santan ini membuktikan bahwa kekayaan cita rasa kuliner daerah ini tidak hanya bergantung pada satu bahan. Keahlian meracik rempah, perpaduan rasa asam-pedas yang seimbang, dan teknik memasak yang khas menjadi kunci utama kelezatan hidangan-hidangan ini. Jadi, jika Anda mencari pengalaman rasa Minang yang berbeda, jangan ragu untuk mencoba varian tanpa santan ini!