Ragam Tradisi Khas Masyarakat Minangkabau Barayo, Patut Dilestarikan

Masyarakat Minangkabau yang umumnya tinggal di Sumatera Barat dan di beberapa provinsi tetangga, seperti juga masyarakat Indonesia yang lain, memiliki beberapa tradisi unik dan menarik dalam rangka barayo. Barayo ini istilah lain untuk lebaran menyambut dan merayakan Idul Fitri.

Tradisi ini terus dijaga dan dipelihara oleh masyarakat Minang Kabau dari generasi ke generasi. Ia menjadi salah satu warisan budaya yang menjadi kebesaran dan kebanggaan masyarakat Minangkabau.

  1. Pulang Basamo

Masyarakat yang tinggal dan bekerja di rantau, biasanya pulang secara bersama – sama ke kampung halamannya, yang disebut dengan Pulang Basamo, artinya pulang secara bersama – sama. Ada yang Pulang Basamo dengan bus, ada yang menggunakan kendaraan pribadi. Beberapa pengusaha, tokoh masyarakat atau bahkan pemerintah Sumatera Barat menfasilitasi para perantau untuk Pulang Basamo ini dengan disediakan beberapa armada Bus dengan tujuan daerah yang beragam di Sumatera Barat.

Jika Pulang Basamo dengan kendaraan pribadi, biasanya adalah berdasarkan kemufakatan perantau di suatu kampung. Mereka biasanya berkendaraan secara beringan dengan stiker Pulang Basamo tertempel di depan atau belakang kendaraan tersebut.

  1. Manambang

Manambang adalah mendatangi rumah tetangga, handai tolan atau teman saat hari raya lebaran. Tradisi ini biasa dilakukan oleh anak – anak secara berombongan. Inilah momen yang ditunggu oleh anak – anak saat lebaran. Karena mereka bukan hanya sekedar berkunjung, mereka biasa dapat ’Salam Tempel’ atau amplop THR dari tuan rumah. THR yang mereka peroleh sering kali adalah uang kertas cetakan terbaru yang masih bau aroma percetakan.

  1. Manjalang Mintuo

Manjalang Mintuo secara bahasa berarti mendatangi mertua. Ini biasa dilakukan beberapa hari menjelang hari raya. Dimana menantu perempuan membawa hidangan berbuka puasa yang dimasaknya sendiri untuk disuguhkan ke mertuanya. Hidangannya bisa berupa hidangan khas Minang seperti randang (rendang), lamang, onde – onde, kolak, gulai ikan dan lainnya. Tradisi Manjalang Mintua dapat mengekalkan dan mempererat hubungan tali silaturahim antara menantu dan mertua. Di saat yang sama, mertua dapat mengetahui dengan pasti kualitas masakan yang disuguhkan menantunya untuk anaknya setiap hari.

  1. Kue sapik dan Kembang Loyang

Ini adalah kue yang wajib ada di setiap hari raya Idul Fitri. Orang – orang tua hampir tidak pernah absen membuatnya, meski membuatnya tidaklah mudah dan membutuhkan waktu yang lama. Tapi kata orang tua, hari raya tidak akan lengkap tanpa kehadiran keduanya. Meski kini kue – kue lebaran telah banyak bervariasi sesuai dengan zamannya, seperti sekarang sudah ada kue nastar, keripik keju, kue salju dan banyak lagi, kue sapik dan kue kembang loyang tetap tak lekang oleh zaman.

  1. Malamang

Malamang artinya memasak lemang. Tradisi ini bisa saja berbeda di beberapa daerah di Sumatera Barat. Di Pariaman dan Padang biasanya Malamang dilakukan di awal Ramadan, sebagai rangkaian tradisi menyambut Ramadan namun ada juga daerah yang malamang di akhir Ramadan untuk menyambut hari Raya Idul Fitri.

Warga di kampung biasanya akan bahu membahu dalam memasak Lamang ini. Ada yang mencari bambu/buluh ke hutan, ada yang mengumpulkan kayu bakarnya, ada yang menyediakan bahan – bahan untuk dilamang, ada yang mengatur perapian agar lamang tidak gosong dan banyak lagi. Tradisi Malamang pada akhirnya menguatkan ikatan silaturahim antar warga. Warga jadi bahu membahu dan saling mebantu.

  1. Marandang

Ini juga dapat dikatakan tradisi yang wajib ada menjelang lebaran. Marandang artinya memasak daging dengan santan, lengkap dengan bumbu dan rempah – rempahnya sampai menjadi randang (rendang). Hidangan gurih dan lezat ini telah dinobatkan sebagai salah satu makanan terlezat di dunia.

Bagaimana tidak, memasaknya saja membutuhkan waktu berjam – jam lamanya, kaya akan bumbu dan rempah beraneka rupa, dimasak di atas tungku secara tradisional yang menciptakan rasa dan aroma yang khas.

  1. Takbiran

Ini dilakukan di malam terakhir Ramadan dan esoknya hari raya Idul Fitri. Biasanya beberapa pemuda berjalan keliling kampung mengumandangkan takbir, tahmid, tahlil dengan iringan beduk dan irama yang merdu, yang kadang – kdang diarak dengan api obor.

Itulah beberapa tradisi unik masyarakat Minang Kabau dalam rangka menyambut lebaran. Tradisi – tradisi unik ini melambangkan kesukacitaan masyarakat dalam menyambut hari yang fitri. Sambil menguatkan ikatan persaudaraan dan silaturahmi.

Sehingga dengan tradisi yang terus hidup dan lestari ini, kerukunan dan persuadaraan dapat terus terjaga. Persabatan dan tolong menolong dapat terus dipupuk dan dipelihara. [sumber : kumparan | gambar : rumpuntekno]

Related Posts

Leave a Reply