Inilah Masjid Unik Mirip Rumah Gadang di Jakarta Selatan

Keindahan rumah gadang tak hanya ada di kampung adat. Namun, tertuang dalam masjid unik dan indah yaitu Masjid Raya Sumatera Barat (Sumbar) atau yang dikenal dengan Masjid Mahligai Minang. Masjid yang terbesar di Sumbar ini terletak di di Kecamatan Padang Utara, Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat, dan memiliki kubah yang unik yakni khas budaya Minangkabau.

Bahkan Masjid Raya ini tahun 2021 lalu memenangkan penghargaan Abdullatif Al Fozan Award atau AFAMA beberapa waktu lalu. Penghargaan ini merupakan ajang untuk menampilkan karya dan desain masjid dari negara-negara dengan penduduk Muslim di dunia.

Nah, tak hanya Masjid Raya Sumbar yang mirip dengan rumah gadang, ada satu lagi masjid yang mirip rumah gadang yang terletak di Jakarta Selatan. Ya, masjid yang pada bagian atapnya mirip gonjong Rumah Gadang diberi nama At Taufiq.

Masjid At-Taufiq yang terletak di kawasan Lenteng Agung ini diresmikan langsung Presiden Joko Widodo pada Rabu (8/6/2022) lalu. Pendirian masjid tersebut digagas oleh Ketua DPP PDI Perjuangan, Megawati Soekarno Putri, untuk mengenang dan mendoakan mendiang suaminya, Taufiq Kiemas.

Seperti dilansir suara.com, dalam sambutanya pada acara peresmian Masjid At Taufiq, Megawati Soekarnoputri mengungkapkan jika pembangunan masjid tersebut adalah untuk mengenang mendiang suaminya, Taufik Kiemas.

Sosok Taufiq Kiemas Keturunan Minangkabau

Disadur dari Merdeka.com, Ketua MPR RI tahun 2009-2014 ini bergelar Datuk Basa Batuah merupakan seorang keturunan Palembang-Minangkabau. Ayahnya merupakan seorang guru yang pergi merantau ke Palembang. Sementara ibunya, Hamzathoen Roesyda, berasal dari kanagarian Sabu, Batipuah Ateh, Tanah Datar, Sumatera Barat.

Politikus Indonesia yang pernah menduduki posisi sebagai Bapak Negara RI ke-5 ini sempat menjadi anggota DPR RI selama dua periode berturut-turut dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan untuk daerah pemilihan Jawa Barat II, yaitu untuk masa bakti 1999-2004 dan 2004-2005.

Taufiq aktif berorganisasi di bawah bendera Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan yang didirikan istrinya, Megawati. Saat ini,politisi yang juga pernah menjabat Dewan Kehormatan Pengurus Pusat Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (PP PA GMNI) ini menjabat sebagai Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia ke-12 untuk masa bakti tahun 2009 hingga 2014. Jabatan ini diemban Taufiq merangkap sebagai Ketua Dewan Pertimbangan DPP PDI-P.

Tepat bersamaan dengan ulang tahun ke-70, Taufiq Kiemas meluncurkan biografinya yang berjudul Gelora Kebangsaan Tak Kunjung Padam. Buku setebal 471 halaman itu berisi perjalanan hidup Taufiq Kiemas sejak kecil, besar di Yogyakarta, dan mulai masuk di kancah politik nasional, hingga menjadi ketua MPR.

Taufiq menghembuskan nafas terakhir pada 8 Juni 2013 setelah dirawat di Singapura akibat penyakit jantung. Taufiq menjalani perawatan di Singapura setelah mendampingi Wakil Presiden Boediono meresmikan Monumen Bung Karno dan Situs Rumah Pengasingan Bung Karno di Ende, Nusa Tenggara Timur. Jasadnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.

Beliau dikenal sebagai bapak empat pilar. Selama tiga tahun dia mensosialisasikan empat pilar tanpa lelah. Empat pilar tersebut antara lain Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika.

Terinspirasi Tokoh Ulama Sumbar

Seperti dilansir Katasumbar.com, pendirian masjid ini pun ternyata terinspirasi dari sejarah tokoh ulama Sumbar. Tokoh Muda Ranah Minang Azwar Furqudyama mengatakan, inspirasi pendirian masjid ini berasal dari sosok Hasan Din. Hasan Din adalah tokoh Muhammadiyah yang merupakan kerabat dekat dengan kerajaan Muku-muko dari kesultanan Inderapura.

Ia menceritakan, Hasan Din menikah dengan seorang perempuan yang juga berasal dari kaum kerabat kesultanan Inderapura, Siti Chadijah. Pernikahan keduanya kemudian melahirkan seorang putri cantik bernama Fatmawati. Ia lahir di Bengkulu.

“Setelah menikah, mereka merantau ke Bengkulu yang kemudian jadi kota kelahiran Fatmawati. Fatmawati adalah anak kandung Siti Chadijah dan Hasan Din, yang berasal dari Desa Inderapura di Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Putri sang ulama Inderapura ini lalu berjodoh dengan bapak bangsa, Soekarno.”

Dari hubungan mereka, Azwar menjelaskan lahirlah 5 orang anak, yang mana salah satunya Megawati Soekarnoputri. Pertautan keturunan Minangkabau ini lalu terus berlanjut ketika Megawati melahirkan Puan Maharani, hasil buah cintanya bersama Taufiq Kiemas.

Jadilah pendirian masjid ini menginspirasi Puan untuk menginsiasi membangun At Taufiq. Sekaligus mengokohkan garis Minang dalam ranji keluarganya. Sebab, secara tidak langsung menurut Azwar, Puan ingin menegaskan darah Minangkabau. “Dari situ jelas tergambar bahwa Puan Maharani mempuyai garis keturunan Minangkabau baik dari ayah maupun ibunya,” ujar dia.

Puan pun pernah menyebut dirinya punya ikatan dengan Sumbar. Ia merasa pulang kampung ketika datang ke ranah Minang. Pernyataan demikian ia lontarkan kala menjabat sebagai Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan pada 2017. “Datang ke Ranah Minang bagi kami adalah pulang ke kampung halaman,” tutur Puan saat itu.

Related Posts

Leave a Reply