Setiap daerah tentunya memiliki makanan khas tersendiri, banyak dari kuliner khas tersebut belum diketahui khalayak ramai, salah satunya adalah Gulai Bukek.
Ada yang mengatakan Gulai Bukek merupakan makanan khas dari kecamatan Matur dan ada juga yang mengatakan kalau kuliner berbahan dasar daging sapi itu berasal dari Palembayan, Kita tidak akan membahas asal muasal kuliner itu, karena keduanya masih satu wilayah kabupaten Agam, Provinsi Sumatera Barat, (Sumbar).
Sepintas Gulai Bukek memiliki tekstur yang kental dan berwarna kuning atau kecoklatan, sepintas terlihat seperti kuah sate Padang, namun jika dicicipi, lidah akan berkata lain.
Salah seorang Tokoh Masyarakat Laman Gadang, Jorong Batu Baselo, Nagari Matua Ilia, kecamatan Matur, Kabupaten Agam, Rosma Dewi mengatakan, dalam sejarahnya, Gulai Bukek berkaitan erat dengan ekonomi sulit masyarakat pada zaman penjajahan Belanda.
“Pada hari raya Idul Adha hewan qurban yang dipotong tidak sebanyak sekarang, saat pembagian banyak warga yang tidak kebagian, agar semua warga dapat mengecap qurban, maka muncul lah ide untuk mengolahnya menjadi masakan dan dimakan bersama-sama, “ujarnya kepada Covesia.com Minggu, 15/4/2018).
Dijelaskan Rosma Dewi, Di kecamatan Matur, gulai bukek merupakan kuliner wajib pada saat upacara adat, keagamaan dan resepsi pernikahan, tidak lengkap rosesi tersebut jika tidak dihidangkan Gulai Bukek.
“Gulai Bukek tidak akan ditemukan di warung nasi atau rumah makan Padang manapun, jadi jika ingin menyicipi lezatnya, atau belajar membuatnya terpaksa harus datang langsung ke kecamatan Matur, “lanjutnya.
Gulai bukek berbahan dasar daging sapi sedangkan untuk isiannya bisa berupa nangka muda atau rebung, “bambu muda” jika dicampurkan dengan bumbu rempah akan menghasilkan rasa guruh pedas serta nikmat.
Rempa-rempah yang digunakan cukup banyak serta beragam jadi untuk memasaknya harus memiliki keahlian khusus, jika tidak rasa yang dihasilkan tidak sesuai dengan yang di kehendaki. covesia