Bika Si Junjung, Kudapan Manis yang Dimasak di Tungku Tanah Liat

Di sepanjang jalanan yang menghubungkan nagari-nagari kuno di Minangkabau, terutama di perbatasan antara Solok dan Sijunjung, tercium aroma manis yang khas, bercampur dengan asap kayu bakar dan kehangatan tanah. Ini bukanlah wangi kue modern yang terbuat dari oven elektrik, melainkan aroma purba yang mengundang: wangi Bika Si Junjung.

Bika Si Junjung adalah lebih dari sekadar penganan. Ia adalah warisan kearifan lokal, sebuah kisah yang terukir manis di atas daun kelapa muda, lahir dari proses yang sabar dan tungku tradisional yang mempertahankan nyala api sejarah.

Tungku dalam Pembuatan Bika

Bika Si Junjung berbeda dengan bika ambon yang kenyal dan berongga, atau bika-bika lain yang dimasak di atas loyang. Keunikan Bika Si Junjung terletak pada cara pembuatannya yang mempertahankan metode kuno yang disebut dibakar di atas bara dan ditutup dengan bara.

  • Adonan Sederhana, Rasa yang Kaya: Bahan dasarnya sangat sederhana: tepung beras, gula, santan kental, dan sedikit garam. Tidak ada pengembang kimia atau pewarna buatan. Kualitas rasa sepenuhnya bergantung pada kualitas bahan baku dan proses fermentasi alami tepung.

  • Wadah Daun Kelapa: Adonan cair ini dicetak menggunakan wadah alami—sepotong daun kelapa muda (janur) yang dibentuk seperti mangkuk kecil. Wadah alami ini tidak hanya membentuk tekstur, tetapi juga menyumbangkan aroma hijau yang segar saat terpanggang.

  • Panggang Dua Arah: Inilah puncak ritualnya. Bika diletakkan di atas piringan baja tebal yang dipanaskan di atas tungku kayu bakar, dan pada saat yang sama, bagian atasnya ditutup dengan tudung baja yang di atasnya diletakkan bara api panas.

Proses pemanggangan dua arah ini, panas dari bawah dan panas dari atas, memastikan Bika matang merata, menghasilkan bagian bawah yang sedikit gosong dan renyah, sementara bagian tengahnya tetap lembut, legit, dan mengeluarkan aroma santan yang harum. Proses ini memakan waktu dan keahlian, menuntut kesabaran serta insting yang tajam untuk mengetahui kapan api harus dijaga, dan kapan Bika harus diangkat.

Membawa Nama Nagari: Mengapa ‘Si Junjung’?

Nama Bika ini tak bisa dilepaskan dari daerah asalnya, Kabupaten Sijunjung, sebuah kawasan di pedalaman Minangkabau yang kaya akan budaya dan hasil alam.

Dahulu, para penjual Bika (seringkali Ibu-ibu atau Nenek-nenek) menjajakan dagangannya di persimpangan jalan atau pasar tradisional. Identitas produk mereka melekat erat dengan tempat mereka berasal. Maka, terciptalah istilah Bika Si Junjung, kue Bika dari daerah Sijunjung, sebagai penanda kualitas dan keotentikannya.

Bika Si Junjung adalah simbol dari otentisitas Minang. Ia adalah kuliner yang tidak banyak berubah oleh modernitas. Membelinya berarti mendukung kearifan lokal dan rantai pasokan bahan baku tradisional, dari kayu bakar hingga kelapa segar.

Sebuah Simbol Kehangatan di Tengah Perjalanan

Bagi perantau Minang atau pelancong yang melewati jalur darat Sumatera Barat, Bika Si Junjung seringkali menjadi ‘suvenir’ yang wajib dibawa pulang.

Bayangkan Anda berhenti sebentar di pinggir jalan yang sejuk, menyaksikan asap mengepul dari tungku sederhana. Anda disambut oleh senyum ramah penjual. Bika yang baru diangkat masih panas, aromanya memikat. Anda membuka bungkus daun kelapanya, dan uap manis menyeruak.

Gigitan pertama menghadirkan tekstur yang kontras. Rasa smoky dan sedikit pahit dari daun yang terpanggang, berpadu dengan bagian dalam yang creamy dan manis dari santan dan gula. Bika ini sempurna dinikmati selagi hangat, ditemani kopi pahit atau teh tubruk panas.

Lebih dari sekadar memuaskan rasa lapar, Bika Si Junjung adalah pemberhentian yang memberikan kehangatan di tengah perjalanan yang panjang. Ia adalah jembatan rasa yang menghubungkan masa lalu dengan masa kini, mengingatkan kita bahwa kelezatan sejati seringkali ditemukan dalam proses yang paling sederhana dan tradisional.

Bika Si Junjung bukan sekadar kue. Ia adalah tungku yang menyala, kisah tentang tanah, api, dan keikhlasan orang Minang dalam merawat warisan rasa mereka.

Related Posts

Leave a Reply