Site icon Sari Bundo Masakan Padang

Awas Talempong Batuang Jangan Sampai Punah

Awas Talempong Batuang Jangan Sampai Punah

SARIBUNDO.BIZ – Menurunnya minat untuk mempelajari Kesenian tradisional Talempong Batuang mengancam kesenian ini mengalami kepunahan.

Talempong Batuang  merupakan sebuah alat musik tradisional khas Kota Sawahlunto yang terbuat dari batuang atau bambu. Di daerah aslinya, kini hanya tinggal beberapa orang yang mahir membuat dan memainkan alat musik tersebut.

Salah satunya adalah Umar Malin Parmato 90 tahun dengan kedua saudara laki-lakinya. Selama puluhan tahun, ia setia menjadi penerus dan pelestari alat musik tradisional ini. Di daerah asalnya, Silungkang, Kota Sawahlunto, ia bisa disebut sebagai generasi terakhir pelestari talempong batuang.

Ketiga kakak beradik ini dulunya kerap dipanggil dan dipakai jasanya saat acara-acara tradisional. “Kalau ada yang baralek (mengadakan pesta perkawinan), maarak marapulai atau babako, biasanya kami dipakai,” kata ayah tujuh anak ini.

Usia yang semakin tua dan minimnya minat dari generasi muda mempelajari talempong batuang ini menyebabkan timbulnya kekhawatiran akan kepunahan kesenian tradisional ini. “Sebenarnya Angku sudah mengajarkan talempong batuang pada anak dan cucu, namun tidak banyak yang tertarik,” tambahnya.

Talempong Batuang

Kekhawatiran Angku Umar ternyata cukup menjadi perhatian Pemerintah Kota Sawahlunto. Efrianto, MSi Kepala Dinas Pariwisata Kota Sawahlunto  mengungkapkan pihaknya sedang berupaya untuk menyelamatkan seni tradisi masyarakat Silungkang, yakni Talempong Batuang, dari kepunahan akibat menurunnya minat untuk mempelajarinya.

Salah satu langkah yang sudah dilakukan guna menjaga Talempong Batuang dari kepunahan dengan menampilkan kesenian tersebut pada beberapa kegiatan pementasan seni budaya yang digelar pihaknya. “Bahkan kami juga pernah membawa seni tradisi ini ke negara tetangga untuk dipertontonkan ke khalayak ramai di sana, mereka sangat antusias menyaksikan seni Talempong Batuang karena alatnya yang sederhana dan unik, tapi mampu menghasilkan suara yang indah saat dimainkan,” ujar Efrianto.

Menurutnya, saat ini kesenian tersebut diketahui masih dilanjutkan oleh satu keluarga saja, yakni keluarga Umar Malin Parmato (90), jika kondisi ini dibiarkan maka hampir dipastikan seni tradisi itu akan punah akibat tergerus perkembangan seni budaya lainnya yang lebih modern.

Untuk tahun 2016, pihaknya akan mencoba merancang upaya penyelamatan lainnya, yakni dengan memasukkan kesenian Talempong Batuang sebagai salah satu mata pelajaran tambahan dalam dunia pendidikan kota itu. “Pembicaraan awal sudah dilakukan dengan pihak terkait lainnya, semoga upaya ini mampu membuahkan hasil demi menyelamatkan tradisi kuno yang diperkirakan sudah ada sejak berabad-abad silam,” kata dia. sumber

Exit mobile version