Ternyata Sumatera Barat, sebagai penghasil songket yang berkualitas belum mampu bersaing dengan songket dari daerah lain. Songket Minang kalah tenar dengan Songket Palembang.
Peluang ini dilihat oleh Designer Manggala Iddhi Chadra sebagai potensi bisnis yang menjanjikan yang belum tergarap maksimal, namun hanya perlu sedikit inovasi agar songket bisa lebih familiar dan merakyat dalam artian bisa dipakai untuk fashion apa saja. “Hal ini dapat menggeliatkan produksi tenun songket di Sumatera Barat,” kata Iddhi Chandra, Sabtu (23/5).
Serangkaian pameran IKM Sumatera dan Kalimantan, di Kementerian Perindustrian pekan lalu, terlihat banyak hal masih perlu dibenahi untuk meningkatkan IKM Songket Sumbar.
Dirjen IKM Kementrian Industri, Eus Saidah, mengatakan kalau inovasi songket Sumbar terus dilakukan, ia meyakini Songket Minang dapat meningkatkan perekonomian daerah.
Jimmy Spt, Kabid Industri Dinas Koperindagpastam Kab Tanah Datar, mengharapkan produk tenun serta 3 kabupaten lainnya dapat eksis menembus pasar nasional dan internasional.
Menurutnya kendala adalah pendistribusian, pangsa pasar dan SDM pendamping pelatih. Sementara menurutnya kelebihan songket sumatera barat, susah ditiru karena meniru pola falsafah Minangkabau.
Ia meminta kepada pemerintah pusat, Kementrian Perindustrian untuk mesin packing house yang belum ada di tanah datar. Sedangkan untuk tanah, rumah, air dan listrik sudah tersedia.
Menurutnya dampak peningkatan tenun songket terhadap perekonomian masyarakat signifikan, pendapatan bisa meningkat dua kali lipat jika pendistribusiannya lancar, pastinya mengurangi pengangguran.
Iddhi Manggala Chandra mengatakan pengembangan songket dilakukan dengan memadukan dari berbagai daerah seperti ende, palembang atau ulos di Sumut. Inovasi juga mengganti macau dengan katun dan sutra.
Sementara, Ketua Forum UMKM Sumatera Barat, Bunda En Refflan menyatakan pasar Songket sangat menjanjikan, ia juga diundang di pameran marantau di Singapura. Namun harus membuat inovasi baik dari benang, pewarnaan dan motif. sumber