Bila berkunjung ke kota Payakumbuh jangan sampai lupa untuk menikmati jajanan malamnya, kota tersebut terkenal sebagai surganya makanan.Berbagai kedai streetfood ramai menjajakan sajian tradisional hingga kekinian. Sudah pasti, kedai makanan tradisional jadi buruan para pelancong.
Keberadaan jajanan malam kerap memberikan kenangan indah untuk para pemburu kuliner, satai danguang-danguang dan martabak mesir jadi incaran. Secara sekilas, memang tampilannya mirip martabak telur biasa. Namun, kalau sudah dicoba, kamu akan tahu betapa kenikmatan martabak mesir Payakumbuh ini beda dari martabak telur biasa.
Mengutip laman Resepkoki, martabak, baik telur maupun mesir, berasal dari bangsa yang sama, yakni Timur Tengah. Secara harafiah, nama martabak berasal dari bahasa Arab, ‘mutabbaq’ yang berarti ‘dilipat’ atau ‘berlapis’.
Dahulunya, bangsa Timur Tengah dan India berlayar ke Indonesia untuk berdagang rempah. Sembari berdagang, terjadilah akulturasi dalam beberapa aspek budaya, salah satunya dalam hal makanan.
Martabak merupakan makanan yang tersinpirasi dari mutabbaq, yakni sajian berupa roti prata atau flat bread yang diberi aneka isian berbumbu. Di Timur Tengah dan India, roti prata merupakan karbohidrat pokok. Mereka biasa menyantap lauk pauk bersama dengan roti datar yang dibakar tersebut.
Jika martabak telur biasa berkembang pesat Semarang, martabak mesir pertama kali dikenalkan di daerah Kubang, Sumatra Barat. Itulah mengapa banyak orang juga menyebut martabak mesir sebagai martabak kubang.
Kisahnya nih, mutabbaq dulu dikenalkan oleh bangsa Arab dan India berkulit hitam. Oleh orang lokal, mereka dikira bangsa Mesir. Jadilah nama makanan roti prata dilipat ini dikenal dengan martabak mesir.
Agar rasanya lebih pas dengan lidah lokal, masyarakat Indonesia berkreasi sendiri dengan bumbu khas Minang. Awalnya, mereka memasukkan potongan daging rendang ke mutabbaq, tapi lama kelamaan sajian ini bisa dibuat dengan daging giling jenis apa pun yang dimasak dengan banyak bumbu rempah.
Secara umum, martabak dibuat dari dua kelompok bahan utama, yakni bahan kulit dan bagian isi. Bahan kulit martabak mesir sama saja dengan martabak telur pada umumnya. Tepung terigu yang dicampur minyak, air, dan garam lalu diuleni hingga kalis.
Sementara itu, untuk isian, martabak mesir punya rasa lebih berani. Selain daging dan telur, isian martabak mesir ditambahkan berbagai rempah, seperti bawang merah, bawang putih, pala, lengkuas, jahe, jintan, bunga lawang, daun atau bubuk kari, daun salam, dan bahkan santan.
Semua bahan dan bumbu itu akan makin nikmat karena digoreng dengan cara yang spesial. Jika martabak telur biasa digoreng dengan minyak sayur, martabak mesir digoreng menggunakan margarin atau minyak samin. Nikmat!
Kedua martabak ini punya kenampakan yang sama, yakni adonan terigu yang diberi isian dan dilipat-lipat seperti amplop selama proses goreng. Tekstur kulitnya renyah dan kecokelatan. Kamu baru bisa melihat isiannya ketika martabak sudah dipotong-potong.
Namun, ada perbedaan mencolok dari cara penyajian martabak mesir ini. Jika memesan seporsi martabak mesir, kamu akan disuguhi sebuah martabak dalam piring ukuran sedang. Martabak dipotong beberapa bagian kecil, lalu disiram kuah cuka bercitarasa manis pedas. Tak lupa potongan acar dan cabai juga disiapkan. Jika suka, kamu bahkan bisa tambah irisan bawang bombay.
Satu porsi martabak mesir bisa bikin kamu kenyang.
Kamu bisa mencoba martabak mesir nikmat ini di kedai martabak mesir H Wan di Blok Timur Pasar Payakumbuh. Mulai buka di sore hari, kedai ini melayani pembeli hingga lewat tengah malam.
Enggak sulit menemukan kedai ini. Lokasinya di pinggir jalan besar, tepatnya di Jalan Jenderal Sudirman. Selamat mencicip!. Sumber